Tubuh memerlukan istirahat yang cukup karena pada saat tidur tubuh memperbaiki sel otot, fungsi memori dan hormon untuk mengatur pertumbuhan sel dan nafsu makan. Sehingga bila kita cukup tidur maka tubuh akan terasa segar dan dapat menjalankan fungsi secara optimal sehingga aktivitas sehari-haripun tidak terganggu. Bila tubuh kurang tidur maka proses perbaikan akan terganggu sehingga dapat berimplikasi pada kesehatan.
Tidur terdiri atas beberapa fase yaitu fase Non-Rapid Eye Movement (NREM) dan fase Rapid Eye Movement (REM). Fase NREM terdapat sekitar 75% dari total siklus tidur dan fase REM sekitar 25% dari total siklus tidur.
Fase NREM terdiri atas 3 fase yaitu :
- Fase NREM 1 : Dimulai dari rasa mengantuk yang berat atau fase tidur dangkal
- Fase NREM 2 : Fase dimana sudah mulai tidur diikuti dengan fase terlelap namun frekuensi napas dan tekanan darah masih normal tubuh mulai turun
- Fase NREM 3 : Tidur akan semakin dalam dimana frekuensi napas dan tekanan darah akan turun, otot relaksasi, dan terjadi proses perbaikan sel tubuh. Selain itu terjadi pelepasan hormon pertumbuhan (Growth Hormone) yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel tubuh.
Bila tidur semakin dalam maka akan masuk ke fase tidur dalam atau fase REM
Fase REM : Pada fase ini terjadi pemulihan energi untuk otak dan tubuh. Otot tidak bergerak, tubuh relaksasi penuh. Otak aktif dan biasanya terjadi mimpi. Pada saat ini mata orang yang tidur akan bergerak ke kanan dan ke kiri secara teratur (ritmik) secara cepat oleh karena itu disebut dengan istilah Rapid Eye Movement.
Insomnia merupakan kondisi dimana terdapat kesulitan pada saat memulai dan mempertahankan tidur serta bangun terlalu dini atau kualitas tidur buruk. Bila seseorang mengalami insomnia maka fungsi perbaikan sel tubuh terganggu sehingga orang yang menderita insomnia kronik akan mengalami percepatan proses penuaan di mana sel-sel tubuh akan mengalami degenerasi lebih awal dan tubuh terasa lemas serta tidak ada semangat.
Berdasarkan dari penelitian yang dimuat dalam The American Journal of Human Biology, insomia juga menyebabkan penurunan pelepasan growth hormone dan hormon yang mengatur nafsu makan seperti ghrelin dan leptin sehingga akan meningkatkan rasa lapar. Selain itu terjadi peningkatan hormon glukortikoid seperti kortisol atau hormon stress yang membuat keinginan untuk memakan makanan tinggi karbohidrat dan lemak. Bila kondisi ini dibiarkan maka penderita insomnia akan mengalami overconsumption atau makan berlebihan sehingga dapat meningkatkan berat badan yang mengarah pada obesitas.
Insomnia dapat diatasi dengan menemukan faktor penyebabnya. Penyebab insomnia bermacam-macam seperti makanan, minuman yang mengandung kafein, obat-obatan, kelelahan, tidur yang tidak teratur, kecemasan hingga depresi. Untuk mengatasi insomnia tentunya harus dicari penyebabnya terlebih dahulu. Pengobatan insomnia didasarkan atas penyebabnya. Pemberian obat-obatan yang dapat menimbulkan kantuk tidak akan membantu bila penyebab insomnia tidak turut diatasi. Pada insomnia akibat cemas dan depresi memerlukan psikoterapi (Cognitive Behavioral Therapy, Relaxation Therapy) selain dengan obat-obatan.
Obat-obatan yang digunakan untuk insomnia pertama kali adalah dari golongan benzodiazepine seperti Estazolam, Nitrazepam, Midazolam dan Lorazepam. Obat golongan di atas bermanfaat untuk pengobatan jangka pendek dan penggunaannya sebaiknya kurang dari 1 bulan karena dapat menyebabkan ketergantungan atau adiksi serta sindroma putus obat. Obat golongan lain selain benzodiazepin yang efektif untuk mengatasi insomnia adalah Zolpidem dan Eszopiclone. Obat-obatan tersebut efektif untuk mempertahankan tidur. Efek samping yang tidak disukai dari obat golongan ini adalah rasa ‘hangover’ atau rasa melayang pada saat bangun keesokan harinya.
Selain itu obat-obatan lain yang digunakan diantaranya adalah Suvorexan yang bekerja dengan menghambat protein yang membuat bangun (orexan) dan melatonin receptor agonist seperti Ramelteon yaitu merangsang pengeluaran melatonin suatu hormon yang mengatur siklus tidur. Pemberian suplemen melatonin juga bermanfaat dalam membantu insomnia tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan dalam waktu yang lama. Obat-obatan golongan antihistamin seperti difenhidramin dan dimenhidrinat tidak dianjurkan untuk mengatasi insomnia karena memiliki efek residual pada keesokan harinya.
Beberapa tips untuk membantu mengatasi insomnia diantaranya :
- Usahakan untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama
- Hindari alkohol, nikotin dan kafein
- Batasi tidur siang, jangan terlalu lama
- Olah raga teratur terutama jalan cepat, jogging, bersepeda atau berenang
- Jangan melakukan kegiatan lain di tempat tidur seperti mengerjakan tugas, menelepon, mendengarkan musik atau menonton televisi.
- Jangan makan dan minum pada saat menjelang tidur
- Buatlah kamar tidur senyaman mungkin
- Jangan memikirkan yang membuat anda stress pada saat akan tidur
- Jangan memainkan smartphone pada saat menjelang tidur, karena blue light pada smartphone akan menekan pelepasan melatonin sehingga susah tidur
- Bila tidak alergi, minum susu low fat 1-2 jam menjelang tidur, karena susu mengandung triptofan suatu asam amino bahan pembuat serotonin dan melatonin. Namun hal ini masih memerlukan kajian lebih lanjut.
Selamat mencoba!